Implementasi Fikir dan Dzikir

Implementasi Fikir dan Dzikir

YAYASAN Al Anwar Al Hisyamiyyah menyiapkan formula pendidikan formal dan non formal sinergis. Mulai dari struktur, hingga program pendidikan di dalamnya saling mendukung satu sama lain. SMP-SMA Islam Andalusia dan Madrasah Diniyyah At Taujieh Al Islamy 2. Makanya sudah ada jenjang SMA bahkan sebelum SMP mengeluarkan lulusan pertama (2015/2016).
Ditilik dari visi dan misi, jenjang SMA Islam Andalusia sama dengan SMP Islam Andalusia. Adapun secara teknis, SMA lebih menitikberatkan pada implementasi nilai-nilai fikir dan dzikir lebih mendalam. Kepala SMA Islam Andalusia, Drs H Daud Buang MPdI mennyontohkan bagaimana agar dzikir tidak berhenti pada ritual lisan semata.
“Orang mau menolong sesama menurut saya tidak tiba-tiba. Tapi ada proses berfikir, mengolah rasa dalam hati, sampai akhirnya melakukan perbuatan terpuji. Dzikir, menurut hemat saya memiliki peran bagaimana agar benar-benar sampai ke hati,” kata Daud Buang.
Artinya, lanjut Daud, ketika dzikir sudah sampai ke hati, maka seseorang akan cenderung dituntun oleh dirinya sendiri melakukan kebaikan. Sebaliknya, akan menjauhi hal-hal yang melawan aturan, apalagi perbuatan yang dimurkai Allah. Itulah yang disebut dengan dzikir sudah ranah implementasi (penerapan) pada kehidupan keseharian.
“SMA itu sudah relatif beranjak dewasa. Dzikir, idealnya jelas semakin mendekatkan diri pada Allah. Jika sudah dekat, maka kita bisa tahu dan melakukan apa yang disebut dengan takwa; menjalankan perintah dan menjauhi larangan,” imbuh Daud lagi.
Sekolah formal, SMA, lanjut Daud akan terus memainkan peran agar siswa -yang juga menjadi santri- mempunyai media untuk mengimplementasikan ilmu. Di pesantren misalnya, diajari akhlak (kajian kitab, teori) dan dzikir. Sementara di sekolah, didorong untuk mengamalkannya dalam laku keseharian.
“Bagaimana agar dzikir itu membuat tenang. Bagaimana agar menjadi pribadi percaya diri, tenang tapi tidak sombong dan seterusnya. Jadi kami harapkan matang secara keilmuan (teoritis) dan unggul dalam implementasi,” ujar Daud lagi.
Memasuki tahun kedua, jumlah siswa terus meningkat. Jika tahun pertama hanya 38 siswa, tahun kedua sudah ada pendaftar 158 orang. Bukan tidak mungkin jumlah tersebut akan terus bertambah. Mengikuti SMP Islam Andalusia, pola perkembangan di SMA Islam Andalusia juga terus meningkat. Dari julah siswa misalnya, meningkat hingga 5 kali lipat.
Kepala Madrasah Diniyyah At Taujieh 2, Agus Hilmy Mubarok menambahkan, pendidikan formal selama 6 tahun sudah disesuaikan kurikulumnya dengan pendidikan keilmuan di pesantren. “Target dan bayangannya, 6 tahun dididik di pesantren sudah memiliki bekal keilmuan, akhlak dan dekat dengan Allah (dzikir),” katanya.
Bekal keilmuan, salah satu yang ditekankan adalah penguasaan bahasa Arab (nahwu shorof) dan Inggris. “Kalau ngendikane Abah (Gus Anam), setelah lulus dan bekal cukup silahkan mau kemana saja bisa. Kuliah dalam atau luar Negeri, atau memilih tafaqquh fiddin di pesantren sudah bisa,” katanya.
Akan tetapi, nilai dasar SMP-SMA Islam Andalusia tetap sama; Terwujudnya insan berakhlakul karimah, unggul dalam khazanah keilmuan Islam, modern dan berwawasan kebangsaan. (djito el fateh)